Dosen pengampu, Prof. Dr. H. Yus Rusyana, dosen lapangan, dan peserta penelitian setelah kegiatan evaluasi dilakukan
Mahasiswa Magister PBI Universitas Suryakancana telah dibekali teori oleh dosen pengampu, Prof. Dr. H. Yus Rusyana. Yakni peristiwa/gejala kebahasaan di kalangan masyarakat. Pengalaman ini menjadi dalam obyek penelitian sosiolinguistik tentang keberagaman bahasa oleh penuturnya.
Awalnya, daerah yang akan dituju mahasiswa magister, yakni daerah perbatasan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Subang atau memilih kampung Tajur, di Cikeris, Bojong, Purwakarta. Akan tetapi, alasan pertimbangan transportasi, jarak dan waktu, menjadi alasan utama. Terpilihlah, Dusun Gunung Padang di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka selain dekat, juga terbilang ada di Kabupaten Cianjur juga.
Pada observasi awal, maka ditemukanlah daerah wisata Dusun Gunung Padang dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Di sini terjadi, akulturasi budaya karena dengan keberadaan situs Gunung Padang sebagai lokasi wisata yang masyarakat di sana dengan para pendatang (dari berbagai tempat Jawa Barat, Nusantara, atau bangsa asing) baik bahasa, perilaku, dan adat budaya,. Kreativitas dan kerja sama diantara warga mengakibatkan Gunung Padang itulah menjadi tema "menggali Potensi Kearifan Lokal dalam Penelitian Bahasa di Lingkungan Situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti Campaka Kabupaten Cianjur."
Studi Lapangan Sosiolinguistik tahun 2019 diadakan pada hari Sabtu-Minggu, 23-24 Maret 2019. Seharusnya, ada acara penyambutan oleh Kepala Desa, namun saat itu berbarengan dengan acara rapat di kecamatan, maka seremonial tsb akan diadakan hari berikutnya. Atas saran Pembimbing Lapangan, Dra. Hj. Yeni Suryani, M.Pd. dan Dadan Wahyudin, M.Pd. penelitian tsb bisa dilakukan hari itu juga sesuai jadwal tertera. Hendaknya, mahasiswa menghormati atau tata krama adat istiadat di sana, sebelum fokus menggali tuturan masyarakat di sana.
Setelah briefing selesai, mahasiswa berpencar. Selain di areal situs Gunung Padang, mahasiswa pun menyambangi Cisarua, dan Pasirsalam. Selain pengunjung, juga ada warga memiliki profesi sebagai pengrajin kalindring, pembuat gula aren, petani dan pemetik kopi, pemetik teh, dan tentunya pemadu wisata di situs megalitikum tersebut.
Mahasiswa berkenalan dengan masyarakat berprofesi tukang membuat gula aren. Kosa kata itulah yang akan dianalisis dan bahan kajian penelitiannya. Ada istilah dalam bahasa Sunda, seperti : peneresan (tukang gula), sigay (semacam tangga), lodong (tempat nira), hawu (tungku), kawung (pohon enau), ninggur (meninggur), nitis (mengolah), lahang (air nira masih murni), wedang (nira setelah proses pemanasan), peueut (air nira mendekati matang), dan sebagainya. Cara kerja menggunakan alat di dapur dan perkakas itu bekerja.
Pengalaman itulah yang menjadi pengayaan dalam kosa kata di bidang sosiolingistik, bahwa bahasa itu beragam sesuai dengan tradisi atau profesi, atau digunakan oleh penuturnya, baik konteksnya, tujuan, genrenya, dsb. Begitu pula yang mendapatkan tugas dalam mengamati tuturan petani kopi, pemetik teh, atau pemadu wisata,.
Pada pukul 16.00 WIB, Prof. Dr. H. Yus Rusyana, datang ke rumah yang kami sewa. Para mahasiswa menyodorkan hasil penelitiannya, aspek kebahasaan, dan dievaluasi. Ada data mendekati sempurna, data masih sedikit, dan ada yang kekurangannya masih banyak.
Pada malam harinya, kami berbincang dengan Zainal (Komunitas Penggeak Parawisata = Kompepar) dan Situs Gunung Padang. Zaenal menceritakan tentang Situs Gunung Padang (1979), tetapi sepi-sepi saja, hingga akhirya (2011) menjadi viral. Berdasarkan penelitiannya tim peneliti, ada kemungkinan akan menjadi peninggalan peradaban yang tertua di muka bumi.
Esok harinya, pada pukul 06.00 WIB, kami mencoba mendaki gunung padang. Ditemani Zaenal (dari Kompepar) membuat pengetahuan dan wawasan kami bertambah. Di atas puncak gunung padang, rombongan mengucapkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan ucapan alhmadulilllah. Setelah melepas lelah sejenak. Tiba-tiba muncullah ide untuk mengajak mahasiswa berkolaborasi dengan membacakan puisi karya Heri Awie, berjudul "Mun Dunya Bisa Nyarita" diklik DI SINI ( https://youtu.be/MCa_gZcutdU. ). Sebelumnya, salah seorang dari kami, Andhika Nugraha mendeklamasikan puisi yang ekspresi yg berbeda.
Acara seremoni dimulai. Andika bertindak sebagai pembawa acara. Kemudian, Kepala Desa Karyamukti, Sodikin Marzuki dalam sambutannya meminta maaf kepada mahasiswa, awalnya ia menyambut di bale desa, namun di hari ini dialihkan gazebo Situs Gunung Padang. Kades menceritakan potensi wisata dengan menggerakan pemuda di desa. Dengan bimbingan teknis dari dinas terkait diperoleh dari hasil pelatihan, para pemuda bisa memiliki memiliki keahlian, ketrampilan, kerajinan, atau bertani dan bercocok tanam saja, selain menjadi komunitas penggerak parawisata.
Dari dosen, Dra. Hj. Yeni Suryani, M.Pd, mengucapkan terima kasih kepada Pak Kades dan warga Desa Karyamukti. "Kami senang melakukan penelitian di sini, jangan sampai, adik-adik mahasiswa di kesempatam lain bisa melakukan penelitian atau pemberdayaan di tempat ini," tuturnya.
Peserta penelitian memberikan plakat, yang diserahkan pembimbing lapangan kepada Kepala Desa. Perlu diketahui, peserta penelitian mahasiswa S2 yaitu Andika Nugraha, Toni R, Eni Ni'mah Nuraini, Irfan Maulana Ramdani, Neng Siska Fitriani, Nyimas Siti Khodijah, dan Sri Lestari. Seusai acara penyambutan sekaligus penutupan, karena terbatasnya waktu penelitian.
Mahasiswa menuju ke bale desa Karyamukti terletak 4 km dari arah perempatan jalan ke Gunung Padang. Di depan lapang sepak bola, rombongan mahasiswa berhenti. Mahasiswa berfoto dengan latar belakang Desa Karyamukti, desa tempat melakukan penelitian mata kuliah Sosiolingustik. Di tahun 2012, Magister PBI Univesitas Suryakancana pernah menjadikan Desa Karyamukti sebagia penelitian mata kuliah Sastra Nusantara. Hal itu terjadi pada Angkatan 2012-2013. (dan).