Berita

Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

Pengalaman Mengikuti Kongres Bahasa Indonesia X 2013

oleh : Yayat Sudaryat | mahasiswa PBSI S-2 UNSUR

Sebuah pengalaman menarik bagi saya saat berkesempatan mengikuti Kongres Bahasa Indonesia ke-10  pada tanggal 28-31 Oktober 2013 lalu. Kongres yang berlangsung selama empat hari itu  meninggalkan kesan yang cukup mendalam bagi saya sebagai peserta.

Bagaimana  tidak? Saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air yang berasal dari seluruh perwakilan provinsi di Indonesia, dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga Provinsi Papua. Mereka  berkumpul bersama bak kembali menguatkan tekad yang pernah diikrarkan 85 tahun silam.  Yakni ketika para pemuda pada waktu itu menyampaikan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.  Bersyukur sekali, saya menjadi satu peserta yang turut menghadiri KBI ini.

KBI ke-10 ini diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendibud RI.  Yang menjadi spesial Kongres ini diselenggarakan lima tahun sekali. Kali ini bertempat di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Sudirman Jakarta. Kongres pertama di selenggarakan di kota Solo pada tahun 1938. kemudian di Medan tahun 1954, dan seterusnya hingga penyelenggaraan kongres ke-10 ini diselenggarakan di Jakarta

Mendaftar
Saya sangat tertarik saat pertama kali  membaca pengumuman di internet dari laman Badan Pengemangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI sekitarbulan Mei 2013.  Agar terdaftar sebagai peserta,  saya mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran yang tersedia untuk menjadi peserta kongres beserta peryaratan yang tertulis pada pengumuman itu secara online.

Setelah lebih kurang tiga bulan dari pendaftaran, tepatnya pada minggu pertama bulan September, saya mendapat jawaban dari panitia bahwa saya diterima sebagai peserta. Dalam KBI ini, saya  masuk dalam kelompok 8. Kemudian, pada pemberitahuan tersebut saya diminta untuk segera mengonfirmasikan keikutsertaan paling lambat tanggal 20 September 2013.

Saya pun dapat bertemu dengan sejumlah stake-holder  pendidikandi tingkat nasional bahkan mancanegara.  Seperti saja dengan Prof. Dr. Mohammad Nuh, yang membuka KBI X.  Sebelumnya diawali dengan laporan  Kepala Badan Bahasa, Prof. Mahsun,M.S. selaku Panitia Penyelanggara yang menyatakan bahwa  kongres ini merupakan pengukuhan kembali hakikat Kongres Bahasa Indonesisa I di Solo yaitu bahasa Indonesia tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai jati diri bangsa.

Tema kongres yaitu Penguatan Bahasa Indonesia di dunia internasional. Tema dijabarkan menjadi delapan subtema, antaralain, (1) Bahasa Indonesia sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan dan Wahana; (2) Iptek Bahasa Indonesia sebagai Jati Diri dan Media Pendidikan Karakter Bangsa dalam Memperkukuh NKRI; (3) Diplomasi Kebahasaan sebagai Upaya Jati Diri dan Pemartabatan Bangsa: (4) Industri Kreatif Berbasis Bahasa dan Sastra dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa, (5) Bahasa Daerah dan Bahasa Asing sebagai Pendukung Bahasa Indonesia,  (6) Membawa Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia, (7) Optimalisasi Peran Media Massa dalam Pemanfaatan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta (8) Perkembangan Bahasa dan Studi Indonesia di Luar Negeri.
Acara kongres dikemas berupa sidang pleno panel dan sidang kelompok panel (sesuai dengan subtema).  Acara kongres ini diikuti oleh 1.168 orang, terdiri atas pakar, praktisi, pemerhati, dosen, guru, mahasiswa serta pencinta bahasa dan sastra. Selain itu, peserta juga ada yang berasal dari luar negeri, antara lain: Ketua Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Ketua Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, Perwakilan dari Singapura, TimurLeste, Jepang, Russia, Jerman, Belgia, Australia dan Pakistan.

Mendikbud dalam sambutannya mengatakan bahwa Bahasa Indonesia diharapkan selain untuk memperkuat jati diri bangsa juga mampu berkiprah di dunia internasional. Menutut Beliau, penutur bahasa Indonesia saat ini merupakan keempat terbesar di dunia dan dipelajari di 45 negara. Saat ini telah dilakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi di dunia untuk mendirikan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu Cina, Australia,  dan Jerman.

Hari pertama, acara diisi dengan acara pembukaan, kemudian setelah makan siang, dimulaidenganplenotunggal. Hari kedua sampai dengan terakhir dimulai pleno tunggal (pagi) dan dilanjutkan (siang) dengan sidang kelompok panel di ruangan-ruangan (delapan ruangan) yang telah ditentukan sesuai dengan subtema. Para
pembicara antara lain dari : -Kemendikbud, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Luar Negeri, Kemenpora, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, Perwakilan luar negeri, Gubernur DKI, Media Massa, Para Dosen dari berbagai PT- dan dari sekian pembicara, salah satunya adalah dosen saya dari Universitas SuryakancanaCianjur yaitu Dr. Hj. Iis Ristiani, M.Pd.  (Baca Berita: Klik link ini Dr. Hj. Iis Ristiani: Pemakalah KBI X dari UNSUR) Untukitu, perkenankan saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Ibu yang telah berperan serta dalam kegiatan ini,

Kongres ditutup pada hari Kamis sore oleh Kepala Badan Bahasa, Prof. Dr. Mahsun, M.S. Ada tiga teman seangkatan saya dari S-2 UNSUR yang turut hadir dan daftar sebagai peserta secara mendadak.  Mereka adalah Tri Puji Astuti, Sri Purwaningsih, dan Nyi Heni.  Saya pun merasa “reugreug” dan nyaman mengikuti Kongres hingga selesai.

Demikian uraian singkat yang dapat saya sampaikan mengenai keikutsertaan saya sebagai peserta kongres Bahasa Indonesia ke-10 di Jakarta.   ****

(****** Yayat Sudaryat, mahasiswa PBSI S-2, bekerja sebagai Guru di SMAN 5 Bandung)