Ahmad Ginanjar, M.Pd mendeklamasikan puisi di depan Dewan Juri di Kampus NUS, Negeri Singapura.
Pada hari Senin, 2 Desember 2019, seperti yang tertera di jadwal lopunas, Ahmad Ginanjar, M.Pd. (kategori umum/dosen MPBI Universitas Suryakancana) dan para pemenang lomba puisi (LOPUNAS) 2019 tiba di Singapura. Perjalanan dari Jakarta menuju Changi Airport selama dua jam. Untuk keperluan pemondokan, Panitia memberikan waktu istirahat agar kegiatan nanti lebih segar. Adapun lokasinya di Distrik Little India di Singapura.
AG merupakan alumnus PBSI FKIP dan MPBI Universtas Suryakancana Cianjur. Di Kampus Universitas Nasional Singapura akan menyelesaikan tahap akhir dari serangkaian kegiatan lopunas yakni membacakan (mendeklamasikan) puisi di hadapan Dewan Juri pada hari Selasa, 3/12/2019. Adapun puisi AG bertemakan tentang Ibu.
Dewan Juri mempersilakan kepada lima besar peserta diundang ke sini. Sesuai dengan urutan abjad, Ahmad Ginanjar membacakan puisi berjudul "Kepada Perempuan yang Menghidupkan Sebuah Kecupan". Adapun empat finalis lainnya adalah Muhammad Aspolani mengambil judul "Bila Kau Memilih Berhenti Menjadi Ibu". Kemudian Kitty A bertemakan "Perempuan Rumbia" dan Rudi Rendra mengambil judul "Sajak yang Tak Akan Pernah Ibu Baca' serta Yuditeha berjudul Lancang Kuning",
Pengalaman menulis puisi/sajak, tentang bahasa, dan esai telah lama diminati dirinya. Bahkan, kumpulan esai Perjalanan Rentenir yang diterbitkan Yayasan Cahaya Bintang Kecil, Banda Aceh, tahun 2018. Tulisan itu diambil dari judul artikel AG dimuat di Harian Pikiran Rakyat, 16 Juli 2016. Sebelumnya, puisi AG dinyatakan sebagai Sepuluh Penyair Muda Terpilih dari Bengkel Puisi Majelis Sastra Asia Tenggara (2017) dan buku antologi lainnya.
Awal kecintaannya terhadap puisi, sejak ia bersekolah di SD. “Awalnya, ia tidak pernah menyangka. Pada prinsipmya, Saya mencintai puisi, dan puisi mencintai saya. Jika kita menghidupkan sesuatu, maka sesuatu itu akan menghidupi kita. Tentu saja semua itu atas kuasa Tuhan," ujarnya.
Sepulang kampus Nacional University of Singapura, AG dan dkk berkunjung ke China Town dan Universal Studio. Para juara Lopunas tersebut, akhirnya diajak ke Merlion Park (ikon negri Singapura), Distrik Bugis Street, dan Arab Street.
Ketika ditanya komentarnya tentang wisata negeri Singa. â€Di sana sangat tertib dan teratur. Ada banyak aturan dan larangan. Misalnya tidak boleh meludah, makan-minum, dan merokok di tempat umum. Kedapatan merokok dapat didenda $200 atau sekitar 2 juta rupiah. Saya belum sekalipun melihat ada pengemis, gelandangan, atau pengamen“. Itulah kesan sekilas kondisi selama 3 hari di sana.
Berikut ini adalah puisi dibacakan oleh Ahmad Ginanjar (Selasa, 3/12/2019) di hadapan Dewan Juri.
Kepada Perempuan yang Menghidupkan Sebuah Kecupan
antara lekuk alisku
bekas merah bibir yang kau lekatkan sebuah kecupan
kini telah tumbuh sepohon rimbun-rindang
lebatnya meneduhi kepala dari segala kekacauan
di rerantingnya, tupai-tupai berpacaran
sembari menikmati ranum buah-buahnya
di gemunung punggungku,
ceruk kau tetas setetes airmata
sewaktu dulu mendekap lama,
telah menjelma sebongkah telaga
berjaga-jaga kalau-kalau aku dahaga
kalau ada yang mencabikku, hingga menganga luka di tubuh
kaulah, mak!
menyumpal nganga laku-lukaku
kalau ada yang membelat-belitku
kaulah jua, mak!
mengurai-ulur benang penuh saksama
kalau mataku hujan deras
masihlah kau, mak!
menengadah, menampung segala duka
kauseduh secangkir teh dari bulir-butirnya.
ada hutang, yang takkan habis kubayar lunas
dari mulutmu bunga mawar kuncup-bermekaran
kausulam dalam dadaku agar senantiasa kuingat silam
aku mendarah dalam dagingmu
kau mendaging dalam tubuhku
rambutku kian merambat, menghitam pekat
padahal di ubun-ubun serangkaian ubanmu menahun
aku lupa
semakin aku dewasa
kaupun kian menua
maka sebisanya kurapal puisipuisi
yang kubangun dari kubangan cemas
sebelum kau terlanjur kabur menuju kubur
menutup kabar
(d/redaksi))